ALBUM REVIEW: RESIGN LEADER – SNIFFING TEARS FOR THE OTHER BILLS

Estupendo, Amigo! Sniffing Tears For The Other Bills, menjadi rilisan album pertama setelah Lucky Bastard Record vakum selama kurang lebih lima tahun, dan Sniffing Tears For The Other Bills adalah album kedua dari band yang mencoba untuk terbang, sekalipun terikat, Resign leader! Di mana album kedua mereka berisi total 10 lagu dengan 2 track bonus, yang hampir semua lagu mereka berbahasa Inggris.

Di album kedua Resign Leader ini, mereka seolah-olah mencoba melakukan penebusan dosa pada rilisan EP yang pertama dengan title Punch From The Kids, di mana judul tersebut menjadi lagu pertama di album kedua mereka. Secara garis besar, Resign Leader berhasil membuat materi yang sangat matang sebelum mereka “eksekusi” menjadi rilisan fisik.

Pada cover album mereka, ada nuansa ‘Dadais’, tapi di satu sisi, nilai dadaisme itu sendiri kurang menonjol. Karena lebih terasa ‘harmoni’ dan berkesan ‘indah’, yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai dadaisme itu sendiri. Tapi di cover mereka, ada interpretasi dari beberapa lagu, dan sepertinya hal tersebut yang menjadikan cover album kedua dari Resign Leader terlihat sangat harmoni.

Album Kedua ini dibuka dengan lagu yang berjudul, Punch From The Kids, sebuah kekesalan terhadap ‘zona nyaman’ para pemuda milenial yang tumbuh dengan keraguan hingga menjadi apatis, sebuah senjang dalam kesadaran, yang berakhir dengan sangat membosankan. Para pemuda irasional tidak menyadari jika sesuatu yang mendominasi dunia saat ini bukanlah sebuah kebetulan belaka. Lirik yang eksplisit dan Chord Minor dari Keybord di awal lagu, rasanya seperti sedang berjalan di antara kerumunan zombie berkaos oversize dengan tulisan “Aku Cinta Endonesah!”

Di lagu kedua dengan judul, All Of This Game, yang hanya berdurasi 1 menit 40 detik ini, di mana antara riff gitar dan dinamika drum saling beradu, menjadikan All Of This Game sebagai sebuah pengakuan, bahwa berbagi, sekalipun itu hanya omong kosong, lebih menyenangkan ketimbang menguasai banyak skill. Yaa, I love this song!

Lagu berikutnya berjudul, Live In Reality, di mana Resign Leader berusaha untuk tidak terjebak atau tidak meyakini bahwa para pengusaha tajir semacam Elon Musk, hingga negara adikuasa seperti Rusia yang melakukan perjalanan keluar angkasa. Sepertinya Resign Leader beranggapan, jika selama roda kapital, media dan segala sesuatunya dikuasai oleh segelintir orang, maka apapun bisa terjadi, termasuk berbohong atas nama kemanusiaan.

Kemudian di lagu keempat, dengan judul ‘Dimensi Tak Terkendali’, lagu ini semacam pengingat, bahwa mabok boleh, tapi bodoh jangan. Sebelum semuanya tak terkendali.

Lagu berikutnya adalah salah satu favoritku, More Sucks Than I Think. Di mana sepasang kekasih yang menjalani hubungan ‘rock n roll’, bercinta-bertengkar-bercinta-bertengkar-lepas. Namun, apapun yang terjadi, kenangan akan tetap menjadi sesuatu yang indah untuk diceritakan di kemudian hari. Dan standing applause buat vokal dari Suzuki Seftiany yang berhasil membuat lagu ini menjadi semakin ‘hot’. Try to make your own band!

Di lagu keenam, ada Before Armageddon. Bagaimana seseorang yang terus meyakinkan pasangannya jika hari esok, bahagia akan digapai bersama. Distorsi lembut nan rapih yang membuat lagu ini seolah-olah sudah khatam dengan kata ‘tidak direstui’. Satu-satunya jalan adalah, saling dukung satu sama lain, saling menguatkan apapun kondisinya, before armageddon!

Kemudian di lagu ketujuh yang berjudul, Menyatakan Pernyataan, saya merasa jika Resign Leader mencoba menyampaikan sebuah bentuk ‘tanam-tuai’ pada kehidupan. Sama seperti kebanyakan ajaran agama-agama samawi, bahkan di lagu ini, mereka terdengar sangat rohani, jauh berbeda dengan lagu-lagu sebelumnya.

Tame And Beast, dengan gebukan drum yang cepat, dan lirik anti-majikan, menjadikan lagu ini sebagai antitesa ‘merdeka atau mati’. Di lagu ini, Resign Leader berupaya untuk menyampaikan, bahwa berhentilah mengamini relasi perbudakan upahan, karena itu adalah tahap tertinggi dari sebuah keterasingan. Terbanglah seperti burung, larilah seperti kuda, pilihan ada di tanganmu, karena sebuah kebebasan memang nyata adanya.

Akhirnya bertemu dengan lirik yang mengejek dan menyombongkan diri, We Had Enough! Lagu ini tentunya punya sebuah pengalaman yang menarik, bertemu dengan orang yang lebih banyak mulutnya ketimbang telinganya, orang yang merasa lebih hebat ketimbang orang lain atau para Blatherskite kelas tiga. Maka lagu ini adalah sebuah bentuk representatif untuk meninju Membrana Tympani-nya, agar mengerti bahwa hidup itu serupa Roller Coaster yang sedang berjalan. Di lagu ini juga, Resign Leader mengajak gitaris Kerklink yang bersuara tinggi untuk berduet, yaitu Ucok Manurung, menjadikan lagu ini very bodacious!

Di lagu terakhir, ada Goodbye Again, dengan durasi dan tempo yang sangat cepat, yaitu 0:25 detik saja. Lantas kalian berharap saya me-review lagu ini? Ayolah, mati dalam keadaan Paraphilias pun tidak menjadi masalah, asal consent kepada pasangannya dan sama-sama mengerti serta memahami konsekuensinya hahaha!

Dan selamat buat Resign Leader yang telah menelurkan sebuah album ciamik, dengan lagu-lagu mellifluous. Ditunggu album berikutnya, Amigo!

Share :

Share on facebook
Share on twitter
Share on pinterest
Share on whatsapp